Menurut Ir. Soekarno, ada 3 suku/ras di Indonesia yang memiliki karakter yang brilian. Sehingga menurutnya, jika rakyat Indonesia bisa mengkolaborasikan 3 karakteristik itu dalam dirinya, maka terbentuklah seorang Indonesia yang kuat, kokoh, bijak, dan kompetitif. Meskipun Soekarno sudah menyebutkan 3 suku tersebut, sampai ini belum ditemukan interpretasi Soekarno terhadap kalimat-kalimat tersebut. Maka dari itu, kini banyak orang mencoba menginterpretasikan kalimat tersebut dengan berbagai pikiran. Dari situlah timbul opini yang berbeda-beda.
Yang pertama disebutkan beliau adalah "Bekerjalah seperti orang jawa". Kenapa harus bekerja seperti orang Jawa? Banyak orang berpendapat orang-orang Jawa terlihat gigih dalam bekerja. Sekecil apapun jenis pekerjaan yang mereka terima, selalu dikerjakan dengan semangat, antusias, dan dilandasi rasa bersyukur. Mereka tidak banyak merengek atau protes seperti kebanyakan orang masa kini. Meskipun mereka hanya dikaruniai sepetak ladang, mereka akan selalu berusaha agar ladang itu bisa memenuhi nafkah keluarganya. Begitu juga, meskipun tanahnya dilanda bencana, krisis, ataupun wabah, pasti mereka tidak cengeng, namun justru akan bermusyawarah dengan sesama daerah dan kembali membangun tanah masing-masing dengan gigih. Selain itu, javanese juga temasuk penganut agama yang taat. Mayoritas dari mereka adalah penganut Islam. Dari situlah mereka percaya, bahwa Tuhan akan memberikan mereka berkah dari hasil Tanah yang mereka miliki. Hasilnya? Mereka menjadi rakyat yang kuat, makmur dan sejahtera. Anak-anak bisa mereka sekolahkan setinggi mungkin meskipun ayah ibunya petani. Kita lihat, dari dulu hingga kini hampir semua petinggi negara berasal dari ras Jawa. Jika kita menilik latar belakang kehidupan petinggi negara, orangtuanya, begitu juga tanah kelahirannya, maka banyak dari mereka yang orangtuanya hanyalah rakyat jelata, hidup di desa-desa dan sangat sederhana. Misalnya, presiden kedua kita, Soeharto. Bapaknya bernama Kertosudiro seorang petani yang juga sebagai pembantu lurah dalam pengairan sawah desa, sedangkan ibunya bernama Sukirah. Dari hasil pertanian itulah, tumbuh seorang Soeharto yang menjadi presiden dengan masa pemerintahan terlama dalam sejarah Indonesia. Selain itu presiden kita yang sekarang, Soesilo Bambang Yudhoyono yang lahir di desa kecil di Pacitan. Karena kegigihannya di bidang militer, Ia tumbuh menjadi pribadi besar, elegan, dan disegani di angkatan darat.
Kedua, "berbicaralah seperti orang batak". Sudah bukan pemandangan asing lagi jika kita melihat orang batak berbicara. Suku batak identik dengan berbicara keras, kasar, dan berapi-api. Menyapa orang saja dikira marah. Tidak bisa ditutupi lagi, orang Batak juga memiliki sifat kriminalitas yang tinggi yang menunjukkan keberanian mereka berjuang di tanah rantau. Bahkan kalau ingin berbicara jujur, ada saudara tua gw yang dulu merantau ke Jakarta hanya bermodalkan pisau. Sebab ada pula nilai di pemuda batak yang berbunyi 'lebih baik menodong daripada meminta-minta'. Tetapi untunglah semua saudara-saudara gw tidak segarang itu. Namun jangan salah, meskipun mereka berbicara seperti itu, sebenarnya hati mereka tetaplah menuju kepada persaudaraan. Lihatlah dimanapun jika sesama orang batak bertemu, pastilah mereka akan langsung akrab dan bersulang bersama. Tidak ada satupun lagi suku yang meragukan sistem kekeluargaan orang-orang batak. Mereka bagaikan memiliki antena yang berbentuk marga untuk disatukan dimanapun mereka berada.
Bacalah penggalan lagu anak medan berikut ini:
Horas......Pohon pinang tumbuh sendiri
Horas......Tumbuhlah menantang awan
Horas......Biar kambing di kampung sendiri
Horas......Tapi banteng di perantauan
Anak medan, Anak medan, Anak medan do au, kawan
Susah didonganku soboi tarbereng au
Titik darah penghabisan ai rela do au, kawan
Hansur demi kawan, ido au kawan
Horas......Tumbuhlah menantang awan
Horas......Biar kambing di kampung sendiri
Horas......Tapi banteng di perantauan
Anak medan, Anak medan, Anak medan do au, kawan
Susah didonganku soboi tarbereng au
Titik darah penghabisan ai rela do au, kawan
Hansur demi kawan, ido au kawan
Bait pertama menunjukkan besarnya jiwa pemuda batak untuk bersaing di tanah perantauan. Bait kedua menunjukkan sangat rekatnya sesama pemuda batak dalam persaudaraan bahkan sampai matipun, mereka akan terus bersatu.
Kebiasaan mereka berbicara keras-keras sulit untuk dihilangkan karena itulah nilai yang mereka terima secara turun-temurun. Dari kebiasaan itulah, mereka berbakat menjadi para pembicara ulung di pemerintahan. Kita lihat saja, kini sebagian besar pengacara, politikus, diplomat, aktivis, sastrawan bahkan penyanyi dan artis berasal dari ras Batak. Di bidang pengacara, siapa lagi yang meragukan kata-kata tajam yang sering dilontarkan oleh Ruhut Sitompul, Hotman Paris Hutapea, Hotman Sitompul, dll. Begitu juga, bangganya wanita-wanita Indonesia yang memiliki aktivis perempuan bernama Ratna Sarumpaet. Terdapat juga pembawa berita di salah Stasiun TV yang berkesempatan mewawancarai Obama yang bernama Putra Nababan. Presenter rupawan dan pintar bernyanyi Choky Sitohang. Dan banyak lagi tokoh-tokoh batak lainnya yang tidak kalah "mulut" dibanding teman-temannya.
Last, "Berpikirlah seperti orang minang". Ada 1 cerita yang cukup menggambarkan kecerdikan orang minang. Namun banyak versi yang menjelaskan cerita ini. Ceritanya yaitu tentang Legenda Minangkabau. Ceritanya seperti ini. Ketika itu, Belanda sedang mencoba untuk memperluas wilayah jajahannya di tanah Minang. Tentu saja, rakyat Minang tidak mau tanahnya dikuasai oleh kompeni beringas itu. Berbagai macam cara dikerahkan oleh orang-orang minang untuk menggagalkan upaya Belanda berkuasa. Sampai tibalah waktunya Belanda mengajak para petinggi suku untuk berunding. Singkat cerita, kedua pihak bersepakat untuk bertarung kerbau. Sepulang dari meja perundingan, seluruh ranah minang bermusyawarah atas hasil perundingan ini. Dari musyawarah itu, timbullah kecerdikan mereka untuk meluncurkan seekor anak kerbau dengan tanduk dalam bentuk sepasang pisau di kepalanya. Tibalah waktunya kedua belah pihak bertemu. Belanda mengeluarkan Kerbau andalannya yang besar, gagah, kekar, dan bertanduk tajam. Sangat menyeramkan kerbau milik Belanda itu. Sedangkan Minang mengeluarkan seekor anak kerbau. Dimulailah pertarungan itu. Tidak disangka, kerbau besar sama sekali tidak menyerang karena Ia menganggap kerbau kecil adalah anaknya. Maka, dengan leluasanya anak kerbau itu menghampiri bagian bawah perut kerbau besar yang bulat tebal itu dan menanduknya. Craaaath.... darah segar mengalir... perut kerbau itupun sobek. Akhirnya, kerbau besar itupun mati. Dan kemenanganpun berada di pihak minang. Itulah sedikit gambaran dari cerdasnya orang minang. Kita lihat orang minang sekarang ini ulung dalam hal berbisnis. Kita lihat saja banyak sebagian besar pebisnis, ekonom, Ilmuwan, dan penulis dipenuhi orang-orang berdarah minang. Sama seperti orang China, orang Minang juga tidak mau sebutir beras pun jatuh dari karung jualannya. Itulah kenapa terkadang orang minang juga identik dengan pelit. Beberapa orang minang yang berinar diantaranya Moh. Hatta yakni seorang Negarawan, Prof. DR. Maizar Rahman seorang komisaris pertamina, kepala Lemigas, gubernur OPEC untuk Indonesia, dll.
Itulah sedikit dari pengalaman-pengalaman yang bisa gw bagi kepada anda semua. Ingat, meskipun artikel ini berisikan ketiga suku tersebut, bukan berarti suku-suku lain tidak bersinar. Masih banyak karakteristik-karakteristik brilian yang dimiliki Sunda, Menado, Madura, Toraja, bahkan Papua. Hanya saja menurut gw, ketiga suku di atas sudah cukup mewakilkan. Finally, buat anda-anda sekalian yang telah membaca artikel ini semoga bisa mendapat sedikit atau banyak inspirasi, semangat, pedoman, dll. Tapi jangan marah karena suku anda tidak disebutkan, hahahha. Keep struggle, because Tomorrow would be hard.
See You later in my next post !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar